BANJARMASIN, BEENEWS.CO.ID – Penyair asal Amuntai, Arif Rahman Heriansyah merilis 6 lagu dalam kegiatan Night Of Music yang dilaksanakan di Darma Coffe, Komplek DPR, Jalan Pramuka, Kota Banjarmasin.
Sejumlah personil yang menggunakan kaos putih memainkan alat musik yang diiringi oleh 3 vokalis yang menyanyikan keenam lagu tersebut.
Enam lagu tersebut diantaranya, yaitu Bahasa Langit (2012), Dermaga Januari (2013), Melukis Hujan (2014), Yang Terbaik (2015), Aku Adalah Bayangan Dirimu/AABD (2021) dan Pemenang Sejati (2023).
“Lagu AABD terinspirasi dari keluarga, dan sebenarnya makna ini kompleks dapat diartikan ke arah mana pun, bisa dikaitkan ke Tuhan, orang terdekat seperti pasangan atau sahabat. Bahkan kepada Nabi Muhammad SAW,” ucap Arif kepada Beenews.co.id, Kamis (2/2/2023).
Karena setiap orang, menurut Arif berpandangan bahwa perlu kekuatan bagi orang disekitarnya tersebut. Dengan lagu itu, baginya seseorang tak dapat memunafikkan dirinya sebagai manusia belaka.
“Sementara lagu Pemenang Sejati diciptakan pada tahun 2023. Berkisah tentang bagaimana kamu diciptakan sebagai orang yang terkuat di era sekarang ini, apalagi dihadapkan banyak masalah. Tentu dilihat dari orang yang mau belajar dan berproses,” kata pria kelahiran 1992 itu.
Arif melihat banyak orang memiliki keilmuan tetapi ketika dihadapkan dengan masalah ia malah keluar atau menghindar. Berbeda, menurutnya dengan orang yang minim kapasitas tetapi mampu berproses dengan hari-harinya.
“Belajar, berproses, dan membaca apapun maka itulah orang yang akan berguna dan menjadi profesional,” ujarnya.
Menelisik lagu Dermaga Januari, Arif mengingat angkatan 19 di Sanggar Bahana Antasari yang merupakan tempat berkesenian dirinya waktu itu. Dia mengaku bahwa lagu itu tercipta saat mengingat generasi angkatan tersebut berjumlah 12 orang.
“Makna sebuah lagu itu, mengapa memilih kata Dermaga dan Januari. Karena saat itu awal mereka berproses ketika bergabung di Sanggar Bahana. Dan dermaga, saya simbolkan sebagai pelabuhan awal mereka untuk berlayar dalam proses itu,” jelas Arif, yang juga seorang pengajar di SLB Negeri 2 Banjarmasin.
Adapun lagu Bahasa Langit, Arif menjelaskan berawal dari karya puisinya yang kemudian dicarikan nada-nada musiknya. Tahun 2012 itu, dia menciptakan untuk angkatan 20 yang terdapat 26 melodi dengan berbagai karakter di generasi saat itu.
“Lagu Bahasa Langit berhubungan dengan lagu setelahnya, yaitu lagu Dermaga Januari,” ujarnya.
Selanjutnya, Arif bercerita bahwa dirinya pernah diundang sebagai narasumber di salah satu kampus ternama di Kalsel. Lantas, sekelompok peserta pun terbengong melihat dirinya sangat muda, terlebih mengajarkan untuk cipta puisi. Kala hujan turun, dia langsung membuat rangkaian diksi yang menjadi bait-bait puisi berjudul Melukis Hujan.
“Lagu Yang Terbaik diciptakan pada tahun 2015. Mengingat saat saya KKN, sepulang dari Loksado. Lagu itu diciptakan untuk anak-anak dari pedalaman Loksado,” tutur dosen Pendidikan Agama Islama, FTK UIN Antasari ini.
Dia melihat banyak sekali anak-anak di sana bekerja tanpa pendidikan, bahkan langsung berkeluarga. Lantas, Arif pun terenyuh untuk mendorong anak-anak Loksado agar merasakan proses yang sebenarnya tanpa pendidikan.
“Saya dorong mereka agar berproses dan merasakan bagaimana arti sebuah pendidikan itu. Diharapkan mereka menjadi anak yang terbaik,” tandasnya.
(Rahim Arza)