Foto Ilustrasi
BEENEWS.CO.ID – Tidur yang cukup ternyata lebih dari sekadar kebutuhan biologis. Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Alzheimer’s & Dementia edisi Februari 2025 mengungkap bahwa kurang tidur secara konsisten dapat memicu penumpukan protein beracun di otak yang berkaitan dengan peningkatan risiko Alzheimer.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Washington University School of Medicine ini melibatkan lebih dari 120 partisipan lansia. Para peneliti menggunakan alat pemantau tidur serta pemindaian otak untuk mengukur kadar beta-amyloid dan tau, dua jenis protein yang kerap dikaitkan dengan gangguan neurodegeneratif.
Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang memiliki waktu tidur kurang dari enam jam per malam mengalami peningkatan signifikan dalam kadar beta-amyloid di otaknya. Protein ini diketahui dapat membentuk plak yang mengganggu koneksi antarsel otak dan memicu gangguan memori jangka panjang.
“Selama tidur nyenyak, otak kita menjalani proses pembersihan alami. Jika waktu tidur terganggu, maka sistem pembuangan racun di otak ikut terganggu dan racun seperti beta-amyloid akan menumpuk,” kata Dr. Brendan Lucey, neurolog sekaligus peneliti utama dalam studi tersebut, dikutip dari Science Daily.
Penumpukan racun ini, jika berlangsung terus-menerus, dapat mempercepat kemunduran fungsi otak dan menjadi faktor risiko utama munculnya penyakit Alzheimer, terutama di usia lanjut.
Untuk mencegah dampak jangka panjang, para ahli menyarankan untuk menjaga pola tidur yang teratur, menghindari konsumsi kafein di malam hari, meminimalisasi paparan cahaya biru dari gawai sebelum tidur, serta menciptakan suasana tidur yang nyaman dan tenang.
Penelitian ini memperkuat temuan sebelumnya yang mengaitkan kurang tidur dengan gangguan kognitif. Di tengah gaya hidup modern yang kerap mengabaikan istirahat, temuan ini menjadi pengingat pentingnya tidur cukup sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
(Redaksi)