Logo institusi Polri. (Website Polri)
JAKARTA, BEENEWS.CO.ID – Pemerhati kepolisian sekaligus mantan Anggota Komisi Kepolisian (Kompolnas), Poengky Indarti, mengatakan bahwa institusi Polri memang membutuhkan reformasi kultural untuk mengubah pola pikir (mindset) para anggotanya.
“Reformasi kultural Polri ini yang emang harus diakui masih belum terlaksana. Mengubah mindset dan culture set seluruh anggota Polri agar dalam melaksanakan tugasnya itu benar-benar menjadi polisi yang humanis, menghormati HAM,” kata Poengky kepada Beenews.co.id, Senin (24/2/2025).
Poengky berkaca pada apa yang terjadi di negara Georgia pada tahun 2004. Ketika itu presiden Mikheil Shakashvilli memecat sekitar 50% anggota kepolisian Georgia. Yang dipertahankan diberi gaji 20 kali lipat dari sebelumnya sehingga bekerja dengan serius tanpa khawatir ada penyuapan.
Sementara di Indonesia, kata Poengky, memang anggaran negara untuk kepolisian terbilang kecil sejak Orde Lama, Orde Baru, hingga zaman Reformasi sampai pemerintahan SBY. Namun anggaran kepolisian ditingkatkan di pemerintahan Jokowi. “Jadi gajinya gede, tapi enggak gede-gede banget, tapi setidaknya cukup. Kemudian ada tunjangan kinerja sekitar 70%,” katanya.
Namun, meski ada peningkatan anggaran, kinerja kepolisian masih dipandang buruk oleh masyarakat. Poengky pun mengatakan bahwa ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki. “Sarpras (sarana prasarana), kualitas SDM, anggaran, ini memang harus tetap ditata,” katanya.