SAMPIT, BEENEWS.CO.ID – Dugaan penyelewengan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, khususnya solar, semakin marak terjadi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Akibatnya, antrean panjang kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 64.743.08 Pal 2 menjadi pemandangan sehari-hari.
Pantauan di lokasi pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan antrean panjang terjadi sejak pagi hari. Truk, minibus, sedan, hingga mobil tua yang diduga digunakan untuk melangsir BBM subsidi tampak mengular di sekitar SPBU. Situasi ini meresahkan warga yang benar-benar membutuhkan BBM subsidi, seperti nelayan, petani, dan angkutan umum.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, praktik ilegal ini dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya menggunakan kendaraan diduga dengan plat nomor palsu agar bisa mengisi BBM subsidi lebih dari satu kali dalam sehari. Tak sedikit kendaraan yang tampak tidak layak jalan, namun tetap antre hanya untuk membeli solar.
BBM subsidi yang berhasil dikumpulkan kemudian dijual kembali kepada mafia minyak dengan harga lebih tinggi. Harga resmi solar subsidi Rp 6.800 per liter, namun di tangan mafia bisa mencapai Rp 11.000 per liter. Keuntungan besar dari selisih harga ini membuat praktik penyimpangan terus berlangsung tanpa tindakan tegas dari pihak berwenang.
Seorang warga sekitar, Nur, mengungkapkan bahwa di lokasi antrean juga dikenakan tarif parkir tidak resmi yang dipungut oleh oknum tertentu.
“Setiap hari selalu ada mobil-mobil pelangsir yang antre. Mereka juga harus bayar parkir khusus yang tarifnya jauh lebih mahal dari tarif resmi,” ujarnya.
Yang lebih mengejutkan, berdasarkan pengamatan di lapangan, praktik ini seolah dibiarkan begitu saja. Sesekali terlihat oknum aparat berseragam yang mengetahui aktivitas tersebut, namun tidak mengambil tindakan tegas.
Dugaan adanya keterlibatan oknum dalam bisnis haram ini semakin menguat, terutama karena praktik serupa terus berulang di SPBU tersebut tanpa hambatan.
Saat dikonfirmasi pihak pengelola SPBU enggan memberikan tanggapan terkait maraknya pelangsiran di tempat mereka. Salah satu pengawas SPBU yang ditemui wartawan ini memilih menghindari pertanyaan dan menyarankan agar langsung menghubungi manajer.
“Saya tidak berani komentar. Silakan hubungi manajer kami saja,” ujarnya singkat. (AS)