Arief menyampaikan harapannya agar dengan hadirnya tim medis di Jalur Gaza, pasokan obat-obatan dan alat kesehatan tetap tersedia bagi korban yang terdampak akibat serangan tentara Israel. “Kita tidak bisa bayangkan seandainya kemudian tenaga medis sudah tidak ada maka ketika kita mengirimkan barang-barang dari luar akan dipertanyakan untuk apa pemanfaatannya,” tambahnya.
Arief juga menjelaskan bahwa Tim EMT ke-6 ini direncanakan bertugas selama satu bulan. WHO sendiri berharap agar tim dapat bekerja lebih lama, setidaknya hingga tiga bulan. MER-C akan mengevaluasi lebih lanjut terkait hal ini.
“Kalau situasi memungkinkan dan teman-teman sanggup untuk bekerja tiga bulan, kita akan sangat menghargai dan akan kita upayakan agar kemudian teman-teman bisa bekerja di sana dalam situasi yang aman,” tegas Arief.
Untuk lokasi penugasan, Arief menyatakan masih fleksibel, tetapi berdasarkan informasi yang diterima, Tim EMT ke-6 akan bertugas di Gaza Tengah, di Rumah Sakit Lapangan Public Aid Hospital. Arief juga mengatakan bahwa krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini jauh lebih berat dibandingkan dengan awal penyerangan tahun sebelumnya. Ia mengingatkan bahwa krisis ini tidak hanya berdampak pada warga Gaza, tetapi juga pada pekerja kemanusiaan di sana, termasuk kemungkinan para relawan MER-C.