DENPASAR, BEENEWS.CO.ID – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengatakan bahwa perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berdampak pada kekurangan helikopter diindonesia untuk keperluan water bombing.
Pada tahun 2023 lalu, BNPB kesulitan mendatangkan unit helikopter karena negara pemasoknya adalah dari Ukraina dan Rusia. Dengan demikian, beberapa armada harus ditarik ke negara asal untuk misi internal tersebut.
“Helikopter pada saat itu tidak ada. Perlu diketahui, biasanya setiap tahun BNPB harus mengerahkan di atas 30 unit. Itu barangnya tidak ada. TNI dan Polri tidak punya. Jadi kita datangkan dari luar negeri. Negara pemasoknya itu Ukraina dan Rusia. Nah, dua negara itu sedang perang. Jadi hanya ada 15 unit helikopter water bombing,” kata Suharyanto dalam keterangannya Sabtu (22/6/2024).
Dalam operasi penanganan darurat kebakaran TPA Suwung Denpasar, Bali, kala itu, BNPB bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dan lintas sektor telah menghimpun banyak sekali sumber daya demi memadamkan kebakaran TPA Suwung, mulai dari pengerahan satgas darat hingga operasi water bombing menggunakan helikopter.
Pengerahan helikopter water bombing sendiri menurut Suharyanto memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi. Beberapa di antaranya adalah terbatasnya armada, aturan izin terbang pesawat, hingga biaya yang dikeluarkan begitu besar.
Indonesia sendiri setidaknya membutuhkan 30 unit helikopter setiap tahunnya untuk water bombing di enam wilayah prioritas, yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Untuk memenuhi kebutuhan darurat itu, BNPB mendatangkan armada dari luar negeri karena di Indonesia sangat terbatas.
“Jadi waktu mau menggeser ke Bali ini sulit. Karena waktu itu Bali sudah kritis, maka helikopter yang selesai melaksanakan misi water bombing di Gunung Lawu saya minta geser ke sini,” kata Suharyanto.
(Fakhry)