MEDAN, BEENEWS.CO.ID – Keresahan mewarnai warga Medan terkait dengan beredarnya beras sintetis. Bahkan, satu keluarga memutuskan untuk tidak mengonsumsi beras yang baru mereka beli setelah mencurigai keasliannya.
Seorang warga Medan Baru, yang hanya diidentifikasi sebagai Teti, mengungkapkan bahwa dia menduga beras yang baru saja dibelinya merupakan beras sintetis. Hal ini didasarkan pada adanya aroma plastik yang tercium saat beras tersebut dimasak. Selain itu, tekstur dari beras tersebut juga berbeda dari beras biasa.
“Pekan lalu, kami membeli beras di Pasar Pringgan. Biasanya, harga beras berkisar Rp 150 ribu per 10 kg, namun kali ini kami memperolehnya dengan harga Rp 145 ribu. Saat proses memasak, kami merasakan perbedaan tekstur. Biasanya, ketika beras setengah matang dan diaduk, akan terasa sedikit lengket. Namun kali ini tidak,” ungkap Teti pada Senin (9/10/2023).
Keraguan Teti semakin memuncak ketika ia mencoba merasakan tekstur beras yang keras dan elastis, bahkan mampu memanjang hingga 5-10 cm. Hal ini sesuai dengan informasi yang diperolehnya dari media sosial suaminya.
“Karena tidak ada lengketnya, kami memutuskan untuk menunggu hingga benar-benar matang. Suami saya sempat membaca informasi mengenai beras sintetis di TikTok. Kami mulai khawatir karena rasanya berbeda dari sebelumnya. Setelah matang, tekstur nasinya sangat keras. Suami saya mencoba membentuk nasi menjadi bulatan, dan ketika dilemparkan, nasi tersebut bisa memanjang hingga 5-10 cm. Biasanya, beras normal akan sedikit lengket dan tidak memantul seperti itu,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Teti semakin ragu setelah melakukan uji coba dengan cara merendam dan membakar beras tersebut. Saat dibakar, Teti mencium aroma lelehan plastik yang memperkuat kecurigaannya.
“Kami semakin ragu. Anak saya mencari tahu ciri-ciri beras sintetis dan cara mengujinya. Saat pertama kali, kami membakarnya. Namun yang terjadi adalah seperti air yang meleleh, dan aroma plastik tercium saat terbakar. Namun, saat kedua kali kami mencoba merendamnya dalam air, beras tersebut tidak mengambang. Menurut informasi yang kami dapatkan dari Google, plastik seharusnya mengambang,” papar Teti.
Mengenai kekhawatiran akan keaslian beras tersebut, akhirnya Teti memilih untuk tidak mengonsumsinya. Ia pun memutuskan untuk membeli beras langsung dari kilang padi di Lubuk Pakam. Bahkan, Teti juga mengungkapkan bahwa suaminya lebih memilih untuk menyimpan stok jagung dan kentang.
“Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mengonsumsi beras tersebut karena ragu setelah melakukan uji coba. Kami berencana untuk mendapatkan beras dari kilang padi di Pakam, agar lebih yakin. Kami lebih memilih membayar lebih mahal, sekitar Rp 180 ribu, daripada mengonsumsi beras dengan keraguan apakah terkontaminasi plastik atau tidak,” tegas Teti.
“Suami saya sangat hati-hati terkait masalah makanan. Ia lebih memilih menyimpan stok jagung dan kentang daripada mengambil risiko mengonsumsi sesuatu yang berpotensi berbahaya bagi tubuh. Tadi malam, kami sekeluarga memutuskan untuk mengonsumsi jagung saja,” tambahnya.
(Ayudia)