BEENEWS.CO.ID – Jumlah kematian akibat konflik bersenjata antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat dilaporkan meningkat menjadi 528 orang, oleh Kementerian Kesehatan Sudan.
Selama periode 15-27 April, kekerasan di Sudan telah melukai 4.599 orang.
Saat dilansir dari Reuters, Dikabarkan oleh Kementerian Kesehatan Sudan bahwa terdapat 512 korban jiwa dan 4.193 orang lainnya mengalami luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Konflik ini terjadi di 12 dari 18 negara bagian di Sudan, Minggu (30/04/2023).
Pada Sabtu, meskipun gencatan senjata telah diberlakukan selama tiga hari, bentrokan kembali terjadi.
RSF melaporkan bahwa mereka telah menembak jatuh pesawat militer di kota kembar Khartoum, yaitu Omdurman, namun belum ada tanggapan dari militer Sudan terkait klaim tersebut.
Akibat pertempuran ini, ribuan orang, termasuk warga negara asing, telah meninggalkan Sudan sejak 15 April.
Konflik terjadi karena perbedaan pandangan di antara kedua pihak tentang reformasi militer, terutama mengenai partisipasi penuh RSF dalam militer.
Isu ini menjadi fokus utama dalam berbagai negosiasi yang difasilitasi oleh aktor regional dan internasional dalam upaya menuju pemerintahan sipil yang demokratis di Sudan.
Sudan telah mengalami ketidakstabilan politik sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan status darurat, yang dikecam oleh kekuatan politik di negara tersebut sebagai “kudeta”.