Penulis, Gunanto Surjono Ahli Peneliti Utama Emeritus Bidang Pekerjaan Sosial LPI
KOTIM, BEENEWS.CO.ID – Sampit, banyak orang tahu bahwa salah satu kabupaten di Kalimantan Tengah tersebut pernah menjadi simpul konflik etnis, antara etnis pribumi Dayak dan pendatang Madura.
Konflik etnis sebenarnya tidak hanya terjadi di Sampit, tetapi di daerah lain juga pernah terjadi konflik etnis, seperti Sangau Ledau Kalimantan Barat, Maluku Ambon, Lombok NTB, Papua dan Timor Timur, waktu masih menjadi salah satu provinsi negara Indonesia.
Konflik etnis biasanya melibatkan masyarakat pendatang dan masyarakat yang merasa lebih dahulu memukimi daerah tertentu dan merasa terdesak dan terganggu eksistensinya.
Konflik etnis biasanya berangkat dari masalah kecil perorangan yang berkembang menjadi besar antar komunitas karena adanya perasaan emosi primordialisme satu suku.
Konflik etnis penyelesaiannya jarang menggunakan objektivitas (benar-salah), atau musyawarah satu meja.
Musyawarah baru digunakan setelah adanya campur tangan pemerintah, atau ketika salah satu pihak (atau dua-duanya), yang berkonflik sudah babak belur.
Menurut Moeljatno (2010), konflik etnis terjadi akibat dampak kebijakan penyebaran penduduk di Indonesia yang kurang dipantau terus menerus, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.