BEENEWS.CO.ID – Pasca gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/02/2023), yang menewaskan lebih dari 11.000 jiwa, Turki telah menerima kucuran bantuan dari puluhan negara.
Di sisi lain jangkauan bantuan ke Suriah dirasa kurang, sehingga menimbulkan keprihatinan bagi korban di sisi Suriah.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Direktur Regional Amnesti Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Aya Majzoub, bahwa Suriah telah menderita sebelum adanya gempa.
“Warga Suriah tidak boleh dilupakan”, ujarnya.
Pengamat melihat isu ini sebagai dampak politik. Turki yang merupakan anggota NATO, sedangkan Suriah negaranya terpecah belah dari rezim Bashar Al-Assad dan beberapa kelompok oposisi menciptakan kerumitan dalam upaya penyaluran bantuan.
Ditambah, rezim pemerintahan Suriah telah dijauhi oleh negara-negara barat dan mendapatkan sanksi secara internasional karena isu penindasan terhadap pemberontak sejak tahun 2011.
Dilansir dari media CNN, gempa mengguncang sebagian besar daerah di Suriah yang mana beberapa daerah dikuasai oleh rezim, sedangkan yang lainnya dikuasai oleh pasukan oposisi seperti Kelompok Kurdi dan Pejuang Islamis Sunni.
“Daerah ini masih zona aktif konflik, krisis Suriah masih jauh dari selesai”, ungkap Charles Lister, Direktur Program Anti Terorisme dan Ekstremisme Suriah.