YOGYAKARTA, BEENEWS.CO.ID – Sri Sultan Hamengku Buwono X membuka Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) yang ke-18 di Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta. Agenda tahunan rutin yang diselenggarakan oleh Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) ini akan digelar hingga tanggal 5 Februari 2023 mendatang.
Mambuka sambutannya, Sri Sultan mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kerukunan menjelang pesta demokrasi 2024.
Ia menjelaskan, bahwa dengan menjaga kerukunan maka warga akan dapat merasakan kehidupan keberagaman di Yogyakarta.
“Suasana guyub rukun perlu dihidupkan menjelang pesta demokrasi 2024. Karena itu berhati-hati dalam perkataan dan tindakan agar tidak disalahartikan,” jelas Sultan.
Selain menandai keberagaman yang dapat hidup selaras dan harmonis, gelaran PBTY juga menjadi momen aktualisasi dari proses akulturasi budaya yang menghasilkan berbagai ragam bahasa, masakan, kesenian, dan hasil karya-karya unik dan diakui khas daerah.
Sri Sultan menambahkan, bahwa upaya saling memahami budaya antar etnik sungguh penting, sebab merupakan cikal-bakal terciptanya kedamaian permanen dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Oleh sebab itu, setiap Pekan Budaya yang digelar setiap tahun ini, hendaknya selalu diusahakan sebagai media yang mengarah ke integrasi sosial-budaya. Seperti halnya Wayang Potehi yang mengadopsi wayang kulit menjadi Wacinwa, Wayang Cina-Jawa,” tambah Sri Sultan.
Sementara itu, Tandean Hary Setio selaku Ketua dari Jogja Chinese Art and Culture Center, mengatakan tahun 2023 ini adalah tahun harapan setelah selama tiga tahun mengalami pandemi.
“Harus bangkit mendukung satu sama lain. Jadi kekuatan yang tidak terbendung. Terutama ekonomi masyarakat DIY dan Indonesia pada umunya,” jelas Hary.
(Lauren)