JAKARTA, BEENEWS.CO.ID – Pembangunan infrastruktur pendidikan tahan bencana perlu menjadi perhatian pemerintah dan mendesak, mengingat kondisi geografis Indonesia yang rentan bencana alam.
Contohnya pada 21 November 2022 lalu saat gempa berkekuatan 5,6 M menghantam Cianjur yang kemudian diikuti oleh ratusan gempa susulan dengan skala yang lebih kecil.
Beberapa minggu kemudian, gempa berkekuatan 6,4 M kembali menghantam Jawa Barat, tepatnya di wilayah Garut.
Pada awal Desember, Gunung Semeru di Jawa Timur mengalami erupsi dan menyebabkan ribuan penduduk terpaksa mengevakuasi diri.
“Berbagai kasus kerusakan bangunan sekolah diatas memperlihatkan bahwa ada persoalan serius dalam penanganan infrastruktur sekolah, baik dari segi kualitas bangunan hingga respon pemerintah dalam menangani bangunan sekolah rusak,” ungkap Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza.
Berdasarkan kajian dari BNPB dan Bank Dunia, sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia berada di lokasi rawan bencana.
Oleh karena itu, sudah seharusnya pembangunan infrastruktur sekolah yang tahan bencana menjadi prioritas di Indonesia.
Nadia melanjutkan, belum ada mekanisme pemeliharaan gedung sekolah yang efektif yang disesuaikan dengan tingkat kerusakannya dengan memperhatikan prinsip-prinsip ketahanan bencana.