BANJARMASIN, BEENEWS.CO.ID – Art Series Team bekerjasama dengan STIKIP PGRI Banjarmasin menggelar pameran pesta gambar yang bertempat di UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin.
Sejumlah karya mahasiswa STIKIP PGRI Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Banjarmasin terpajang di Galeri Sanggar Lukis Gusti Sholihin, yang merupakan rumah para pelukis Banua.
Acara ini akan berlangsung selama empat hari, sejak 4 hingga 7 Januari 2023.
Sebelum memulai diskusi seni rupa, Sardin and friends menghibur para mahasiswa dan sejumlah tokoh seniman yang berhadir pada kegiatan tersebut.
“Terimakasih kepada Ibu Gita Kinanthi selaku dosen dari mata kuliah ini, serta mahasiswa STIKIP PGRI Banjarmasin, dan ingin menyampaikan bahwa Taman Budaya Kalimantan Selatan ini selama setahun, ada dua kali pergelaran pameran seni rupa,” ucap Founder Art Series Team, Badri Hurmansyah kepada Beenews.co.id, Kamis (5/1/2023).
Setiap tahunnya, menurut Badri pameran besar seni rupa digelar pada awal dan akhir tahun bersama pelukis-pelukis Kalimantan Selatan.
Tahun 2013 lalu, dia mengaku pertama kali mengenal dan mulai bergabung dengan Sanggar Gusti Sholihin, serta belajar langsung dengan Hajriansyah sebagai mentornya.
“Bagi saya melihat sosok Hajriansyah di masa generasi kami, yaitu generasi Milenial, sebagai pembimbing dan mengajar kami dalam pengetahuan seni rupa,” ungkap dia.
Badri menyebut, pameran seni rupa ini yang pertama dipelopori oleh mahasiswa dan dilaksanakan langsung di Sanggar Gusti Sholihin, tentunya hal ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Dengan persiapan satu minggu, dia merasa patut mengapresiasi kepada mahasiswa STIKIP PGRI Prodi PGSD Banjarmasin.
“Kendala pada mereka (mahasiswa) yaitu bagaimana membawa gagasan karya seni. Misalnya topik pendidikan, sebenarnya kita sama-sama mencari kerangka kepada mahasiswa untuk menggali lebih jauh soal simbol, dan interpretasi sebuah pemaknaan terhadap seni rupa tersebut,” papar Badri.
Materi pengantar seni rupa disampaikan oleh narasumber Hajriansyah.
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan terkait bagaimana seseorang memandang dan menghargai sebuah karya seni rupa, serta cara mengapreasiasi lewat pemahaman sebuah karya seni untuk dipasarkan, lalu membeli maupun cuma publikasi saja.
“Berbagi wawasan tentang menggambar atau mewarnai, saya rasa penting dengan cara itu kita pula mengapresiasi seni rupa. Kedua, bagaimana menularkan lewat publikasi semasif mungkin dan sesering mungkin,” ucap Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin itu.
Dengan cara itu, Hajri merasa akan meningkatkan bagaimana seseorang itu mengapresiasi karya seni rupa di Kalimantan Selatan.
Sehingga, menurutnya karya seni rupa atau sebuah lukisan dihargai tidak murah, bukan semacam barang yang dijual begitu saja.
“Saya melihat dari tahun ke tahunnya, padahal sudah digelar pamerannya. Apresiasi tidak mengalami peningkatan secara signifikan, dan meningkatnya cuma normatif saja,” ungkap Founder Kampung Buku Banjarmasin itu.
Dan lantas bagaimana melihat karya seni rupa itu dipandang secara estetik dan bernilai di mata seniman? Hajri menjelaskan bahwa sebuah karya seni rupa dilihat dari garis, bidang dan warna.
Tiga unsur itu, menurutnya penting untuk dipahami oleh pelukis, bahkan penggiat karya seni rupa.
“Bagaimana seorang pelukis mengelola tiga unsur itu sehingga menjadi karya seni rupa yang mahal, sehingga ada nilai dari estetikanya. Jadi, ukuran sebuah karya seni rupa itu bukan dilihat mirip atau tidak mirip,” papar Hajri.
Sehingga, Hajri menilai banyak kejutan-kejutan artistik dari karya seni rupa tersebut. Apalagi, menurutnya dibuat secara lugas, polos dan spontan maka tercipta dengan sentuhan yang luar biasa.
“Lukisan itu ada sentuhan kasar pada garis-garis tertentu, atau ekspresi tiap sapuan garisnya. Di mata seniman bahwa yang baik itu tidak harus rapi ya, dan ada pula yang melakukannya secara ekspresif, sehingga tampilan karya itu nampak dinamis,” tandasnya.
(Rahim Arza)